Bunda...
di post di FB tgl 28 Agustus
Bu...hari ni genaplah sudah 17 tahun semua berlalu. Bukan waktu yang singkat Bu, dan tentu saja bukan hal yang mudah untuk meninggalkan perasaan sedih jauh ke sungai hingga mengalir terus ke muara.
Bu,apakabar Ibu disana ? Ibu baik baik saja khan ? Semoga Allah memberikan ibu tempat yang lapang, hangat serta benderang disisinya.
Bu, semua berjalan cepat waktu itu. Ibu mengeluh demam, lalu tiba tiba tak bisa melakukan apa. Semua panik meski adalah hal biasa dalam dua tahun sebelumnya Ibu menjadi langganan tetap rumah sakit itu. Tapi siang itu keadaan menjadi lain dan berubah dengan cepat tanpa bisa dikendalikan. Asma yang kambuh, tekanan darah yang fluktuatif serta tenaga yang kianmelemah dan diperparah tidak ada orang di rumah. Semua sibuk, kamisekolah, dan tetangga juga tidak begitu mengetahui keadaan itu.
Bu, masih saja ingat betapa kejamnya rumah sakit itu. Memang "Orang Miskin Dilarang Sakit". Tapi bukankah kita mempunyai jaminan bahwa kita tidak akan lari. Memang ajal ditangan Tuhan, tapi petugas apotek sialan itu ikut andil mempercepat datangnya Izrail. Semoga Allah mengutuk nya. Amiin.
Bu, kini sudah 17 tahun berlalu, semua berjalan sebagaimana memang sudah diatur Yang Maha Kuasa. Semua anak anakmu sudah berkeluarga, dan memberimu cucu. Semua juga mengarungi samudra hidupnya sendiri, meski hanya Bo yang berani meninggalkan kota itu, bahkan rumah itu. Tapi Bu, tidak sedetikpun pikiran keluar dari kehidupan di rumah kita, sebuah rumah sederhana dengan halaman yang luas di depannya.
Bu, terkadang timbul pertanyaan kapan kita semua akan berkumpul kembali, tidak banyak rasanya waktu yang bisa kita lalui bersama. Itulah nasib ya Bu. Kau harus berangkat bekerja ketika kami semua masih lelap dibuai mimpi dan pulang ketika kami semua juga sudah terdampar di pantai mimpi yang lain. Kata tetangga itulah resiko jadi anak pegawai negeri. Aku ingat meski hanya beberapa kepingan yang bisa disatukan, kita tinggal di gang sempit di Siteba, lalu berpindah ke Rd Saleh. Katamu Bo lahir dirumah itu, tidak sempat dibawa ke rumah sakit dan sunsang. Akh...memang bandel, sudah tidak sabaran, salah langkah pula.
Bu, Bo minta maaf telah mengecewakan Ibu. Bo tidak bisa menyelesaikan sekolah di tempat yang Ibu inginkan. Meski terasa aneh, sekolah disana memang menyenangkan, namun Bu, Bo bukan seorang penggemar pelajaran ilmu pasti. Bagaimana mungkin Bo bisa konsentrasi belajar di sekolah yang penuh dengan zat zat kimia, peralatan laboratorium canggih jika di rumah semua buku buku bacaan adalah buku sejarah yang terlalu seksi untuk tidak disentuh dan dibaca. Ah Bu..itulah kesalahan kita. Bo juga heran, kenapa bisa lulus dan diterima sekolah disitu dengan peringkat lumayan tinggi sementara nilai ilmu pasti di SMP hanya pas pasan. Aneh dan itulah dunia, dia menghadirkan apa saja yang tidak pernah kita duga.
Bu, waktu terus berjalan, langkah terseok tertatih menarik diri keluar dari semua ketidakpastian. Beruntung Bu, Ibu memiliki adik dan orang tua yang mau menjaga kami, dan melindungi kami, meski beberapa kali kami harus menjaminkan SK Pensiunmu ke Bank untuk biaya hidup dan sekolah kami berempat. Bahkan warisanmu juga kami jual agar sekolah kami semua selesai tepat waktu.
Bu, Bo belum cerita ya kalau Bo pernah jadi penjual sandal, pendaki gunung, ikut panjat tebing segala, penjual sate, calo mobil bekas, tukang catut karcis lapangan bola, penyiram bunga, Ball boy lapangan tenis dan seabrek profesi halal lainnya. Semuanya Bu, semuanya hanya untuk bertahan hidup agar tidak tergilas keganasan roda roda nasib. dan Allhamdulilah Bu, semua dijalani dengan harapan hidup akan berakhir manis.
Bu, Bo ingin sekali pulang, seperti dulu, duduk dan ikut kemana ibu pergi. Menikmati smur tahu kecap buatan Ibu, telur dadar, atau sambal semut api. Bu, sumpah Bo ingin itu. Tapi itu tidak mungkin ya Bu, tidak akan pernah mungkin terjadi.
Bu, Bo juga mau minta maaf entah untuk keberapa kali, Bo belum sempat pulang ke Padang, masih banyak kegiatan yang harus diselesaikan disini. Doain ya Bu semua kerjaan Bo bisa diselesaikan dan lebaran nanti bisa pulang dan menemui Ibu.
Udah ya Bu, semoga damai dan tenang disana. Bo selalu kirim Al Fathehah kepada ibu, mendoakan agar keselamatan menjadi milik Ibu.
Sembah sujud ananda
Wednesday, October 21, 2009
In Memorium Harfianto (Wartawan POSMETRO PADANG)
Berkaca mata, sedikit sipit dan berambut rada rada keriting, ia adalah seorang yang cerdas dan penuh imajinasi. Kami memang tidak bertegur sapa, apalagi berjabat tangan sebagaimana layaknya orang yang berkenalan. Maklum perkenalanku denganya terjadi didunia maya ketika kami sama sama bertukar komentar di blog masing masing. Ia adalah si http://orangmiskin.wordpress.com/ dan aku adalah si www.suaragelombang.blogspot.com. Akan tetapi kami sempat saling melempar senyum sebagai tanda persahabat di dunia nyata dimulai dengan baik.
Tidak ada pertemuan selanjutnya baik di dunia maya maupun di dunia nyata, hingga kabar buruk aku terima dari seorang kawan yang mengabarkan dia dirawat dan akan menjalani operasi di kepala. Sungguh mengejutkan, dia yang aku lihat sehat justru akan menjalani operasi di kepala. Barulah ketika sebuah kabar konfirmasi datang saya jadi tahu apa yang terjadi.
Di blognya, ia begitu sederhana dengan bahasa yang humanis. Sederhana juga bersahaja karena dia dengan tegas menyebut diri sebagai orang miskin dan tengah terdampar di dunia yang bergegas (Harfianto---Lahir beberapa tahun yang lalu di sebuah kampung. Pernah kuliah di Universitas Andalas, dan kemudian terdampar di dunia yang selalu bergegas, dunia jurnalistik). saya juga banyak membaca tulisannya baik berupa reportase kesehariannya maupun pandangan atau oponinya terhadap sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakannya sendiri.
Siang yang terik sebelum kabar kepergiannya datang, aku sempat bertanya kepada Bambang dan Titin dua rekannnya sesama wartawan tentang keadannya dab apa penyebab pasti dia tertimpa musibah itu. Entah karena sudah cukup tahu atau memang berpengalaman, aku langsung saja mengatakan pada Bambang dan Titin bahwa kalau begitu keadannya secara medis sudah sangat tipis harapan untuk mengembalikan Anto kepada kita semua. Biarlah Tuhan berkehendak dan mari kita menerima dengan lapang hati dan tawakal. Dan baik Bambang maupun Titin juga tidak bersuara apalagi mengiyakan.
Kini, malam ini ketika kabar kepergiannya benar benar nyata aku membaca kembali blognya, sebuah reportase tentang keadaan pasca gempa bumi yang melanda Padang pada 30 Oktober lalu. Sebuah reportase yang ia janjikan akan disambung. Reportase yang menggugah karena ia sendiri menjadi aktor dalam peristiwa itu, namun sudah pasti ia tidak akan melanjutkan ceritanya.
Anto, tidak perlu lanjutkan tulisan itu, karena kami sudah tahu apa yang terjadi. Selamat jalan kawan, Tuhan memberkati.
sila juga di klik :
http://orangmiskin.wordpress.com/tentang-saya/
http://orangmiskin.wordpress.com/2009/10/05/gempa-di-penghujung-september-1/
Saya tidak mengenalnya dengan akrab, karena memang keadaannya begitu...namun sekali bertemu dengannya di ruang redaksi POSMETRO PADANG tahun 2008 lalu sudah cukup bagiku untuk mengenalnya sebagai siapa dalam menjalani kehidupan.
Berkaca mata, sedikit sipit dan berambut rada rada keriting, ia adalah seorang yang cerdas dan penuh imajinasi. Kami memang tidak bertegur sapa, apalagi berjabat tangan sebagaimana layaknya orang yang berkenalan. Maklum perkenalanku denganya terjadi didunia maya ketika kami sama sama bertukar komentar di blog masing masing. Ia adalah si http://orangmiskin.wordpre
Tidak ada pertemuan selanjutnya baik di dunia maya maupun di dunia nyata, hingga kabar buruk aku terima dari seorang kawan yang mengabarkan dia dirawat dan akan menjalani operasi di kepala. Sungguh mengejutkan, dia yang aku lihat sehat justru akan menjalani operasi di kepala. Barulah ketika sebuah kabar konfirmasi datang saya jadi tahu apa yang terjadi.
Di blognya, ia begitu sederhana dengan bahasa yang humanis. Sederhana juga bersahaja karena dia dengan tegas menyebut diri sebagai orang miskin dan tengah terdampar di dunia yang bergegas (Harfianto---Lahir beberapa tahun yang lalu di sebuah kampung. Pernah kuliah di Universitas Andalas, dan kemudian terdampar di dunia yang selalu bergegas, dunia jurnalistik). saya juga banyak membaca tulisannya baik berupa reportase kesehariannya maupun pandangan atau oponinya terhadap sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakannya sendiri.
Siang yang terik sebelum kabar kepergiannya datang, aku sempat bertanya kepada Bambang dan Titin dua rekannnya sesama wartawan tentang keadannya dab apa penyebab pasti dia tertimpa musibah itu. Entah karena sudah cukup tahu atau memang berpengalaman, aku langsung saja mengatakan pada Bambang dan Titin bahwa kalau begitu keadannya secara medis sudah sangat tipis harapan untuk mengembalikan Anto kepada kita semua. Biarlah Tuhan berkehendak dan mari kita menerima dengan lapang hati dan tawakal. Dan baik Bambang maupun Titin juga tidak bersuara apalagi mengiyakan.
Kini, malam ini ketika kabar kepergiannya benar benar nyata aku membaca kembali blognya, sebuah reportase tentang keadaan pasca gempa bumi yang melanda Padang pada 30 Oktober lalu. Sebuah reportase yang ia janjikan akan disambung. Reportase yang menggugah karena ia sendiri menjadi aktor dalam peristiwa itu, namun sudah pasti ia tidak akan melanjutkan ceritanya.
Anto, tidak perlu lanjutkan tulisan itu, karena kami sudah tahu apa yang terjadi. Selamat jalan kawan, Tuhan memberkati.
sila juga di klik :
http://orangmiskin.wordpre
http://orangmiskin.wordpre
Gamawan dan Kita yang Gelisah (sebuah ungkapan mangalasau)
Semua orang berkomentar ketika Gamawan dipanggil SBY ke CIkeas untuk diwawancarai dan dijadikan sebagai salah satu mentreri di kabinetnya. Ada komentar yang mendukung habis habisan, sekedar mendukung saja dan berucap selamat, ada yang optimis Gamawan akan berhasil namun ada juga sebaliknya yang bersuara keras menentang. Apalah kita ini, Presiden bukan, penguasa bukan. Gamawan jadi Menteri apa urusan kita, apa untungnya bagi kita kalau Gamawan jadi Menteri, ada dunsanak kita yang akan diajaknya masuk ke Departemen yang akan dipimpinnya itu atau sebaliknya ada dunsanak kita yang akan tercampak kalau Gamawan duduk disana.
Ini bukan soal sikap tidak peduli atau apalah namanya dalam bahasa Minang. Tapi mari bersikap biasa biasa saja, Gamawan jadi Menteri itu khan karena ada yang memilihnya dan sudah garis hidupnya pula bahwa pada Bulan Oktober ini dia dilantik jadi Menteri (Insya Allah).
Saya mau berbagi cerita sedikit di palanta ini, dulu sekali ketika masih bersekolah dengan celana merah sampai biru, setap bulan Maret setelah Suharto kembali jadi Presiden RI, banyak orang di Padang (waktu itu) bergeduru di depan TV untuk menonton Suharto yang mengumumkan nama nama pembantunya. Dan kita waktu itu mulai dengan catatan siapa nama orang Minang, peranakan Minang, minantu orang minang atau berbaun minang yang jadi Menteri. Begitu bangganya kita akan hal itu. Bersorak keliling rumah tanda senang ada juga orang minang yang jadi Menteri. Bagolak benar rasa hati jika orang minang atau berbaun minang itu jadi menteri setiap tahun bertambah. Sampai pada suatu waktu Tuan Gus Dur tidak memasukkan satupun nama orang minang duduk di kabinet. KIta mengerutu, menyumpah bahkan mencela Gus Dur. Gus Dur kita cap lupa akan sejarah dan tidak memahami faktor faktor keseimbangan etnis.
Obat luka dalam akibat "ditinggalkan" Gus Dur itu datang pada waktu Megaawati menggantikan Gus Dur. Pun kita dengan tanpa malunya ada yang menyebut bahwa Megawati itu ibunya berasal dari Minang yang merantau ke Bengkulu. Segala macam tali temali kita tautkan agar tersambung dan melegitimasi khayalan kita bahwa benarlah adanya Megawati itu beribukan wanita Minang yang merantau ke Bengkulu. Ada ada saja.
Tradisi orang Minang jadi Menteri terus terpelihara hingga kini. Setelah pada Kabinet IB jilid I nama orang Minang masuk dalam jajaran, kali ini pun kita beroleh berkah (kata sebagian orang) karena orang minang ada di dalam kabinet.
Sekarang mau apa kita orang luar ini. Saya menyebut kita orang luar karena bukan kita punya kuasa untuk mengiyakan atau juga meng-indak-kan keinginan SBY. Siapalah kita. Gamawan jadi Menteri Dalam Negeri, Patrialis, Nila A Moeloek, Uniang Linda, Tifatul Sembiring tentu ada untungnya bagi kita, paling tidak untungnya ada anak kemenakan kita, uda kita, adik kita yang jadi orang dan bisa keluar masuk istana. Kebanggan kata orang berbahasa indonesia. Soal dia berhasil atau tidak berdoa sajalah. Soal adanya tanggapan dari pengamat dia pantas atau belum pantas itu hak pengamat juga. Tentu mereka bicara ada dasarnya, atau ada referensinya. Yang menyebut Gamawan belum pantas tentu dari kacamatanya, dan sebaliknya juga begitu bagi yang menyebut Gamawan sudah pas untuk posisi itu, termasuk SBY sendiri.
Saya tidak hendak mendukung pilihan SBY atau juga menolaknya karena saya tidak memilih SBY, jadi sebagai orang kalah (karena saya memilih JK) saya tentu tau diri dan tidak mau campur dalam urusan ini. Lagipula siapa saya, saya mengenal SBY, tapi SBY itu benar yang tidak kenal saya. Ha ha ha...
Hikmah dari jadi jadi menterinya Gamawan adalah seperti kata Benni, terbuka kesempatan bagi kaum muda minang untuk ikut berpacu menuju kursi Sumbar 1. Dukung sajalah Gamawan itu jadi menteri baik untuk dia dan tentu baik untuk sebagian kita yang mendukungnya.
Saya cuma berharap, kita orang minang ini marilah berkaca pada masa lalu dan merencanakan sesuatu yang lebih baik dimasa depan dengan potensi dan realitas sumber daya yang ada. Minang ini sudah cukup lama terpuruk. KIta harus bangkit. kita harus berbenah agar tidak tergilas.
Semua orang berkomentar ketika Gamawan dipanggil SBY ke CIkeas untuk diwawancarai dan dijadikan sebagai salah satu mentreri di kabinetnya. Ada komentar yang mendukung habis habisan, sekedar mendukung saja dan berucap selamat, ada yang optimis Gamawan akan berhasil namun ada juga sebaliknya yang bersuara keras menentang. Apalah kita ini, Presiden bukan, penguasa bukan. Gamawan jadi Menteri apa urusan kita, apa untungnya bagi kita kalau Gamawan jadi Menteri, ada dunsanak kita yang akan diajaknya masuk ke Departemen yang akan dipimpinnya itu atau sebaliknya ada dunsanak kita yang akan tercampak kalau Gamawan duduk disana.
Ini bukan soal sikap tidak peduli atau apalah namanya dalam bahasa Minang. Tapi mari bersikap biasa biasa saja, Gamawan jadi Menteri itu khan karena ada yang memilihnya dan sudah garis hidupnya pula bahwa pada Bulan Oktober ini dia dilantik jadi Menteri (Insya Allah).
Saya mau berbagi cerita sedikit di palanta ini, dulu sekali ketika masih bersekolah dengan celana merah sampai biru, setap bulan Maret setelah Suharto kembali jadi Presiden RI, banyak orang di Padang (waktu itu) bergeduru di depan TV untuk menonton Suharto yang mengumumkan nama nama pembantunya. Dan kita waktu itu mulai dengan catatan siapa nama orang Minang, peranakan Minang, minantu orang minang atau berbaun minang yang jadi Menteri. Begitu bangganya kita akan hal itu. Bersorak keliling rumah tanda senang ada juga orang minang yang jadi Menteri. Bagolak benar rasa hati jika orang minang atau berbaun minang itu jadi menteri setiap tahun bertambah. Sampai pada suatu waktu Tuan Gus Dur tidak memasukkan satupun nama orang minang duduk di kabinet. KIta mengerutu, menyumpah bahkan mencela Gus Dur. Gus Dur kita cap lupa akan sejarah dan tidak memahami faktor faktor keseimbangan etnis.
Obat luka dalam akibat "ditinggalkan" Gus Dur itu datang pada waktu Megaawati menggantikan Gus Dur. Pun kita dengan tanpa malunya ada yang menyebut bahwa Megawati itu ibunya berasal dari Minang yang merantau ke Bengkulu. Segala macam tali temali kita tautkan agar tersambung dan melegitimasi khayalan kita bahwa benarlah adanya Megawati itu beribukan wanita Minang yang merantau ke Bengkulu. Ada ada saja.
Tradisi orang Minang jadi Menteri terus terpelihara hingga kini. Setelah pada Kabinet IB jilid I nama orang Minang masuk dalam jajaran, kali ini pun kita beroleh berkah (kata sebagian orang) karena orang minang ada di dalam kabinet.
Sekarang mau apa kita orang luar ini. Saya menyebut kita orang luar karena bukan kita punya kuasa untuk mengiyakan atau juga meng-indak-kan keinginan SBY. Siapalah kita. Gamawan jadi Menteri Dalam Negeri, Patrialis, Nila A Moeloek, Uniang Linda, Tifatul Sembiring tentu ada untungnya bagi kita, paling tidak untungnya ada anak kemenakan kita, uda kita, adik kita yang jadi orang dan bisa keluar masuk istana. Kebanggan kata orang berbahasa indonesia. Soal dia berhasil atau tidak berdoa sajalah. Soal adanya tanggapan dari pengamat dia pantas atau belum pantas itu hak pengamat juga. Tentu mereka bicara ada dasarnya, atau ada referensinya. Yang menyebut Gamawan belum pantas tentu dari kacamatanya, dan sebaliknya juga begitu bagi yang menyebut Gamawan sudah pas untuk posisi itu, termasuk SBY sendiri.
Saya tidak hendak mendukung pilihan SBY atau juga menolaknya karena saya tidak memilih SBY, jadi sebagai orang kalah (karena saya memilih JK) saya tentu tau diri dan tidak mau campur dalam urusan ini. Lagipula siapa saya, saya mengenal SBY, tapi SBY itu benar yang tidak kenal saya. Ha ha ha...
Hikmah dari jadi jadi menterinya Gamawan adalah seperti kata Benni, terbuka kesempatan bagi kaum muda minang untuk ikut berpacu menuju kursi Sumbar 1. Dukung sajalah Gamawan itu jadi menteri baik untuk dia dan tentu baik untuk sebagian kita yang mendukungnya.
Saya cuma berharap, kita orang minang ini marilah berkaca pada masa lalu dan merencanakan sesuatu yang lebih baik dimasa depan dengan potensi dan realitas sumber daya yang ada. Minang ini sudah cukup lama terpuruk. KIta harus bangkit. kita harus berbenah agar tidak tergilas.
Subscribe to:
Posts (Atom)