Surat Untuk Rara
(Ultah ke - 7)
Assalamualaikum Rara.
Rara anak gadis ayah yang cantik
Rasanya sulit sekali untuk menulis surat ini Nak, sama sulitnya ketika pertama kali ayah bicara pada ibumu saat pertama kali mengajaknya mengayrung rumah tangga sepuluh tahun yang lalu. Tapi, tentu sebuah tulisan akan jauh lebih mudah disampaikan, karena ia bisa ditulis berulang, dan bisa dihapus jika salah, sementara kata kata tidak bisa ditarik kembali saat telah diucapkan.
Rara, gadis kecil yang ayah sayangi.
Ini tanggal 1 Januari Nak, tanggal dimana kau dilahirkan tujuh tahun yang lalu, tanggal dimana kau pertama kali hadir di muka bumi ini menjadi bagian dari perjalanan keluarga besar kita semua. Kini genaplah sudah tujuh tahun usiamu, usia yang kian beranjak dewasa dan kau tentu tengah menuju masa depan yang (aku harapkan) lebih baik.
Rara, Ayah minta maaf, kali ini, kali ini saja, ayah tidak bisa pulang ke rumah, sungguh keinginan bersamamu merayakan ulang tahun, mengamini semua doa doamu adalah keinginan terbesar yang selalu aku nantikan dan ulangi. Tapi kali ini memang benar benar tidak bisa, ayah tidak bisa lagi seenaknya seperti dulu meninggalkan kantor, pulang ke kampung lalu kembali ke ruangan sambil ketawa ketawa karena berhasil mengecoh beberapa teman yang mengira aku tetap di Jakarta pada malam tahun baru, padahal sebenarnya aku sudah berjarak ratusan kilometer dari mereka.
Nak, aku ingin berbagi sedikit kisah denganmu. Begini, aku nyaris tidak pernah merayakan ulang tahun dengan kue kue dan lilin yang harus ditiup. Bahkan aku terlalu kaku untuk mengakui ulang tahun adalah hari bahagia. Pertama kali aku merayakan ulang tahun justru saat aku berusia 15 tahun, itu terjadi setahun sebelum nenekmu meninggal. Entah kenapa, hari itu, nenekmu memasak banyak sekali nasi dan menggoreng mie, ketika aku tanya untuk apa mie sebanyak itu, Ibuku hanya menjawab singkat, nanti malam kita akan mengundang orang orang untuk makan malam bersama. Jujur saja aku-pun bahkan tidak sadar kalau aku hari itu berulang tahun. Mungkin karena tidak pernah dirayakan. Ulang tahun yang aku ingat adalah setiap pembagian rapor di sekolah, aku selalu melihat halaman biodata siswa yang di salah satu kolomnya tertulis tanggal dan tempat lahir.
Ulang tahun bagiku bukan sebuah ritual wajib setiap tahunnya. Hanya peristiwa biasa, sampai kemudian ketika aku bekerja, mulailah aku menyadari bahwa ulang tahun adalah sebuah moment dimana aku harus melakukan evaluasi terhadap diriku sendiri. Aku ingat betul kalimat "Orang yang baik dan akan menjadi baik adalah orang yang mengenal dirinya sendiri" dan aku - Allhamdulilah, telah mengenal diriku sendiri, aku tau kemampuanku bahkan aku bisa menjawab pertanyaan "Siapakah aku ini"
Rara gadis kecil ayah. Aku pernah menulis untukmu beberapa waktu yang lalu tentang ketakutanku akan masa depanmu kelak, takut bukan karena tidak mampu memberikan apa yang kau inginkan tapi ketakutan karena bayang bayang masa depan generasimu yang menurutku sangat sulit aku fahami. Aku pernah bertanya, apakah aku akan bisa melihatmu kelak saat kau wisuda dokter, melihatmu berbaju putih memeriksa pasien. Aku ingat betul cita citamu yang ingin menjadi dokter dan cita cita Hadi sepupumu yang ingin jadi Tentara hingga meraih pangkat Jenderal.
Rara, masa depanmu ditentukan mulai hari ini Nak, masa depanmu harus kau susun mulai saat ini. Kau sudah menyebut cita citamu, susunlah rencana panjangmu hingga kau raih semuanya nanti. Jangan seperti kami yang telat dan gagal menyusun TIMELINE hidup. Kembali aku takut akan masa depanmu, ketakutan akan bayangan kegagalan itulah yang membuatku menyembunyikan remote televisi, mempassword laptop agar kau dapat asupan informasi dan pendidikan yang benar benar bermutu. Bukan informasi abal abal yang saat ini jamak disajikan televsi pada anak anak se usiamu. Sungguh menggerikan masa depan generasi kalian karena diberi tontonan sampah dari televisi yang tidak bertanggungjawab.
Aku sangat senang kau hafal lagu lagu asmaul husna, meski sesekali kau nyaring juga melagukan lagu "Salah Alamat" yang dinyanyikan oleh Ayu Ting Ting. Nak. mulailah belajar membaca Al Qur'an, mulailah mendekatkan diri pada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. aku akan ajari kau berdoa, memohon kepadanya, lalu aku akan jaga kau untuk tetap berusaha, kelak kau akan tahu apa arti keduanya. Berdoa dan Berusaha.
Rara, akhirnya ayah ucapkan Selamat Ulang Tahun, selamat memasuki usia barumu, rajinlah belajar, jadilah anak yang cerdas, jangan iri pada temanmu Nafisya, ajak dia bekerjasama, kalian sama cerdas dan pintarnya. Ingat nak, iri bukan sifat yang diajarkan oleh Nabi. Ayah ingin kau jadi anak yang juara tanpa mengalahkan orang lain.
Rara, itu dulu yang bisa ayah tulis, kelak saat kau bisa membacanya, kau akan mengerti dan faham seperti apa rasa hati seorang ayah yang tidak bisa ikut merayakan ulang tahun anaknya meski ia sendiri tidak pernah merayakan ulang tahun.
Sekian dari Ayah, Assalamualaikum
Semoga kau tetap sehat, jangan menangis dan patuhlah pada Bunda.
Peluk Cium dari Ayah
Boby Lukman